Jumat, 02 Februari 2018

Apel & Pukul Empat Pagi

Kamis menjelang tengah malam, tangis itu memenuhi ruangan. Tangis yang di nanti nantikan sejak berbulan bulan lalu itu akhirnya terdengar juga. Segala peluh dan lelah mereka yang menantikannya telah sempurna hilang tak berbekas melihat sumber tangisan itu. Ya, tangisan itu berasal dari mulut kecilku. Malam itu pertama kalinya aku menghirup udara dan berada diluar Rahim Mamahku yang nyaman dan kokoh itu. Setelah proses persalinan usai, aku dibawa ke ruangan para bayi baru lahir berada. Sementara itu Mamah dipindah ke ruang perawatan pasca melahirkan. 

Pukul 4 pagi keesokan harinya, Papah menjenguk ku ke ruang bayi. Kondisiku saat itu bisa dikatakan kekurangan ASI, jarak kelahiran antara aku dan kakak ku adalah 10 tahun sehingga produksi ASI Mamah bisa dikatakan sudah tidak terlalu lancar. Melihat ku yang mungkin kelaparan karena belum mendapat ASI yang cukup membuat Papah berinisiatif untuk melakukan sesuatu. Apa yang Papah lakukan berikutnya adalah inti cerita kisah ini yang terus menerus ia ceritkan ulang kepadaku selama ia hidup, dan juga akan aku ceritakan ulang kepada kalian semua.

Pagi itu Papah datang ke ruang bayi membawa sebuah apel merah yang segar. Kemudian Papah akan menggigitnya sedikit, lalu membiarkan aku menghisap sari sari apel dari bekas gigitannya itu dan menimbulkan suara berkeciap yang selalu ia tirukan, “Kalo Papah udah kasih apel kamu tuh gak berhenti ciap..ciap..ciap.. mengecap sari apelnya. Bayi yang bangun jam empat pagi dan makan apel merah pagi pagi ya kamu doang”. Beliau melakukannya setiap pagi tepat pukul empat pagi, kembali ke ruang bayi membawa apel merah segar untuk di berikan kepadaku. 

Setiap kali Papah menceritakan hal ini, ekspresi wajahnya yang terpesona karena tingkahku dulu tak pernah berubah walau kini usiaku sudah 23 tahun. Dulu, sewaktu Papah masih hidup dan berada diantara keluarga kami, kami hanya menganggap kisah ini hal yang sudah diketahui bersama dan bisa jadi kami sudah merasa bosan mendengarnya. Tapi kini aku menyadari, apa yang Papah lakukan dulu, ceritanya yang selalu diulang ulang, ekspresi rona bahagianya ketika menceritakan ulang kisah ini adalah bukti cintanya padaku yang tak pernah diungkap kata kata sejak aku dilahirkan hingga akhir usianya. 

Dan bahkan aku baru menemukan artikel belakangan ini, bahwa makan apel dipagi hari itu lebih efektif membuat seseorang terjaga dipagi hari dibandingkan bercangkir cangkir kopi. Ya Papah sudah melakukan sesuatu yang luar biasa dulu walau beliau belum mengetahui bahwa ada manfaat lain dari kebiasaannya dulu mendatangiku di ruang bayi sambil membawa apel merah pukul empat pagi.

Banyak sekali hal hal kecil dan sepele yang mungkin kita abaikan, tapi sangat berarti bagi orangtua kita, pasangan, saudara atau sahabat mungkin. Cobalah lebih mengerti hal hal kecil yang membuat mereka excited dengan tidak mengabaikannya, sebelum menyadarinya di kemudian hari sepertiku. Jangan pernah bosan mendengarkan, karena Tuhan menganugerahi kita sepasang telinga bukan untuk hal yang sia sia tapi untuk lebih banyak mendengarkan.

Semoga bermanfaat
With Love,
2 Februari 2018 

Naoo

Share:

0 komentar:

Posting Komentar