Akhir tahun lalu, Desember 2017
saya dirawat di sebuah Rumah Sakit karena sakit DBD & Typus sekaligus.
Selama di Rumah Sakit, seperti pada umumnya selang infus terpasang tanpa jeda
dan berbaring di tempat tidur sepanjang waktu. Selama sakit itu saya
mengusahakan untuk tetap beraktivitas seperti biasa bangun pagi, mandi 2 kali
sehari dan termasuk sholat 5 waktu walau badan masih menggigil oleh dinginnya
air dan tubuh masih lemas.
Saat sholat di Rumah Sakit, saya
hanya bisa sholat dalam kondisi duduk di kursi atau ranjang Rumah Sakit. Saat
itulah saya merasakan rindunya sholat dalam kondisi sempurna, rindu
gerakan-gerakan sholat dan rindu nikmat sujud. Ingin sekali lama
lama bersujud waktu itu sambil mengadu. Ya
Allah pengen lagi makan enak, pengen seger lagi dan aktivitas lagi udah bosen
tiduran mulu tapi sekarang cuma bisanya tiduran doang . hehe
Saya menyadari sakit yang saya
alami akhir tahun kemarin juga disebabkan oleh lalainya saya soal pola makan,
kebersihan lingkungan dan waktu istirahat. Yang membuat saya bertanya pada diri
sendiri apa saya sudah berbuat baik untuk diri saya sendiri? Lalu pertanyaan
itu berkembang menjadi Apa saya sudah menjadi anak yang baik untuk orangtua
saya? Apa saya sudah jadi sahabat yang baik untuk teman teman saya?. Dan
jawabannya adalah BELUM.
Tahun pun berganti selama proses
pemulihan pasca rawat inap, saya merasa diri ini belum maksimal dalam melakukan
banyak hal. Awal awal tahun saya masih lebih sering dirumah, banyak
beristirahat dan tiba tiba terfikir hal
apa yang sudah saya lakukan di 2017. Setelah saya review ulang, masih banyak
hal sia-sia yang saya lakukan di usia yang seharusnya sangat produktif ini. Saya
mulai mempertanyakan lagi diri saya sendiri, apa saya mau menerima diri saya
yang seperti ini? Apa saya mau jika nanti anak saya seperti saya yang saat ini?
Apakah saya ingin bersahabat dengan orang seperti saya? Apa saya mau memperoleh
pasangan seperti saya? Apa saya mau mempekerjakan karyawan seperti saya? Dan
banyak dari pertanyaan itu yang jawabannya adalah TIDAK.
Sudah cukup waktu yang diluangkan
untuk mempertanyakan diri sendiri. Jujur saya kecewa dengan hasil diri ini yang
jauh dari seharusnya. Dan saya ingin memperbaiki ini.
Suatu hari saat saya sedang
beristirahat, saya mendengarkan sebuah rekaman kajian dari smartphone saya. Ada
suatu hal yang menarik yang disampaikan pembicaranya yang menambah semangat
saya untuk memperbaiki diri di tahun 2018 ini, kira kira begini yang beliau
sampaikan..
“Bapak – bapak, Ibu – ibu sekalian.. Penting untuk kita punya amalan rutin. Jika kita menjaga amalan amalan itu dalam keseharian kita, kelak amalan amalan itu juga yang akan menjaga kita. Jika kita sudah terbiasa melakukan sholat dhuha setiap hari, suatu hari kita sakit tidak bisa mengerjakan sholat dhuha maka hari ketika kita sakit itu tetap dihitung seperti pahala ketika melakukan sholat dhuha di hari biasanya”
Dari situ saya teringat waktu
saya di Rumah sakit tidak bisa sholat sempurna dan banyak beraktivitas. Ah
andaikan saya punya amalan rutin lain waktu itu.
Selain itu ada satu hal lagi yang
membuat saya benar benar harus punya kebiasaan baru di 2018 ini yaitu sebuah
hadits yang saya baca di salah satu cerita dalam buku “Satu Tiket ke Syurga”,
Aisyah meriwayatkan : Nabi ditanya, “Amal apakah yang paling disukai Allah?” Beliau berkata, “Amal yang paling teratur dan terus-menerus, sekalipun mungkin sedikit.” Beliau menambahkan, “Jangan bebani dirimu, kerjakanlah amal ibadah menurut kemampuanmu”_____ Al-Bukhari
Ahh… melegakan sekali membacanya, melakukan sedikitpun oke
melakukan sesuai kemampuan pun oke. Tapi dalam hadist itu ada 2 makna dalam
kata “___menurut kemampuanmu”, itu berarti saya tidak bisa menetapkan standar
yang terlalu rendah untuk diri saya ataupun melakukan hal yang berlebihan dan
melampaui batas.
Semakin jadi saja niat saya untuk
memperbaiki diri, saya memaksa diri saya harus jadi lebih baik (untuk diri
sendiri dan orang lain) dan memiliki amalan rutin, lalu saya menulis di sebuah
kertas tentang 2 daftar. Yang pertama judulnya adalah “What should I leave in
2017? And don’t bring them in 2018” isinya adalah hal sia sia dan hal merugikan
yang saya lakukan di 2017 dan sungguh harus saya tinggalkan. Yang kedua adalah
“Project 2018” disini saya menuliskan hal hal yang harus saya lakukan dan wujudkan
di 2018. Di list Project 2018 ini saya punya 4 periode waktu. Project harian,
project mingguan, project bulanan dan project tahunan. Project harian itu
berisi hal hal apa saja yang harus lakukan dalam 1 hari tersebut dan begitu
seterusnya untuk project mingguan,bulanan dan tahunan.
Saya berusaha memenuhi komitmen
saya atas project project ini. Januari berlalu dan saya menemukan diri saya
punya beberapa kebiasaan baru sebagai dampak dari project harian yang saya
lakukan. Memang saya belum bisa sukses 100% setiap harinya dalam memenuhi
project harian saya, tapi saya tidak pernah berhenti untuk terus berusaha
mencapai tiap poin target dalam project harian. Begitu pula dengan project mingguan,
bulanan dan tahunan.
Salah satu poin yang saya tulis
di project bulanan misalnya yaitu berkunjung ke rumah teman, saudara atau
kerabat yang sudah lama tidak jumpa minimal 1 kali sebulan. Poin ini saya tulis
untuk melatih diri saya menjadi teman yang lebih baik, menjadi saudara yang
lebih baik. Menjadi teman dan saudara seperti yang saya inginkan (Untuk
menjawab pertanyaan apakah saya mau
memiliki teman seperti saya?). Dan alhamdulillahnya project ini pun
berjalan, berkunjung ke kerabat, saya bertemu beberapa teman semasa sekolah dan
kuliah, berkunjung ke rumah teman se kostan dulu yang ternyata sudah memiliki
tiga orang anak sekarang.
Walaupun ini hanyalah hal hal
sepele, tapi saya yakin ini akan bermanfaat buat saya di kemudian hari. Minimal
ketika kelak saya dipertanyakan digunakan untuk apa waktu luang saya, saya bisa
menjawabnya dengan beberapa kegiatan kecil ini.
Semoga bermanfaat
With Love,
Naoo
0 komentar:
Posting Komentar